Pembentukan Muka Bumi Dan Perkembanganya

Selama berabad-abad, para ilmuwan menyelidiki bumi dengan mengumpulkan dan mencatat banyak batuan serta menghimpun data yang semakin rinci tentang pegunungan, gempa, maupun gunung api. Akan tetapi, pada awalnya mereka tak dapat menjelaskan bagaimana bumi sampai pada kenyataan seperti sekarang ini, mengapa suatu jenis batuan ditemukan pada suatu tempat tertentu atau bahkan mengapa ada pegunungan, gempa, dan gunung api. Banyak teori yang mencoba menjelaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Namun, masalahnya, belum ada teori secara keseluruhan yang menyebabkan masalah-masalah tersebut lebih mudah dipahami.

Bumi adalah sebuah planet. Bumi bersama planet-planet lainnya merupakan anggota keluarga dari sistem tata surya, Karena itu, proses terbentuknya bumi tentunya tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.

Apa yang dimaksud dengan tata surya? Tata surya adalah sekelompok benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusat dan sumber cahaya yang dikelilingi oleh planet-planet beserta satelit-satelitnya, asteroid (planetoid), komet, dan meteor. Bagaimana tata surya kita terbentuk di jagat raya ini? Terdapat beberapa teori atau hipotesis yang menjelaskan pertanyaan tersebut, antara lain Hipotesis Kabut, Teori Planetisimal, Teori Pasang Surut Bintang, dan Teori Vorteks.

1. Hipotesis Kabut atau Teori

Kondensasi (Pengentalan)
Teori yang terkenal tentang pembentukan matahari dan planet-planet didasarkan pada Hipotesis Kabut (nebular). Teori ini pertama kali dikemukakan oleh ahli filosofi Jerman, Immanuel Kant, pada tahun 1755. Kemudian, hipotesis ini dikembangkan oleh ahli matematika Perancis, Pierre de Laplace, pada tahun 1796.

Kenyataan di jagat raya bahwa planet-plane( terletak hampir pada satu bidang datar di sekelilng matahari, melahirkan perkiraan atau hipotesis bahwa planet-planet lahir dari matahari. Bidang datar tempat planet-planet yang hampir sebidang dengan ekuator matahari tersebut menjelaskan bahwa massa asal planet-planet itu telah berputar sejak benda langit itu terbentuk.

Menurut hipotesis ini, matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya. Kabut seperti ini banyak terdapat di antara bintang-bintang di dalam galaksi kita. Karena putarannya itu, sebagian dari massa kabut tersebut lepas, membentuk gelang-gelang sekeliling bagian utama gumpalan^kabut itu. Pada gilirannya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan dan akhirnya membeku menjadi planet-planet. Demikian juga bulan dan satelit-satelit planet lainnya terbentuk. Pertanyaannya, apakah kabut yang sangat renggang itu memungkinkan terbentuknya planet-planet yang padat pada ukuran yang sekarang, karena akan sangat menyusut, dan mungkinkah kecepatan rotasi planet-planet itu seperti yang terjadi sekarang

 

2.    Teori Planetesimal

Pada awal abad ke-20, dua orang Amerika,Chamberlain (1843-1928) seorang ahli ggologi dan F.R. Moulton (1872-1952) seorang ahli astronomi, mengemukakan Teori Planetesimal. Teori ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Kant dan Laplace, bahwa awal pembentukan planet itu adalah kabut pijar. Namun, menurut teori ini, di dalam kabut itu terdapat material padat yang berhamburan yang disebut planetisimal. Masing-masing benda padat ini memiliki gaya tarik.

Akibatnya, terjadi saling tarik menarik di antara sesamanya. Akhirnya, lambat laun terbentuklah gumpalan besar yang disebut planet.

 

3.    Teori Pasang Surut Bintang

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys (1917), keduanya orang Inggris.

Teori ini mengemukakan bahwa dahulu kala, ada sebuah bintang yang besar melintas dekat matahari. Karena gaya tarik bintang tersebut, pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti pasang surut air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian dari massa matahari yang membentuk tonjolan ke arah bintang itu ikut tertarik membentuk tonjolan seperti cerutu. Kemudian, tonjolan tersebut terputus dan akhirnya lepas dari matahari. Massa gas yang berbentuk cerutu itu kemudian terputus-putus membentuk tetesan raksasa dengan ukuran yang berbeda-beda. Tetesan gas tersebut lama kelamaan membeku menjadi planet-planet. Itulah sebabnya planet-planet teletak pada satu bidang datar, bahkan pada suatu waktu nanti akan membentuk satu garis lurus. Pada tahun 1982, beberapa planet memang terletak hampir pada satu garis lurus. Pertanyaannya, bintang apakah yang hanya lewat sekali saja itu? Berapa besar jarak antara bintang itu dengan matahari pada waktu berpapasan? Semua pertanyaan tersebut tidak dapat diterangkan menggunakan teori ini.

 

4. Teori Vorteks dan Protoplanet

Teori Planetesimal dan teori modern pada dasarnya berawal dari Hipotesis Kabut Kant dan Laplace. Teori modern dikembangkan oleh Karl Von Weiszacker dan Gerard P. Kuiper pada tahun 1940-an. Teori ini mengembangkan dua gagasan. Pertama, nebula (kabut) mula-mula bergolak (turbulen), tidak diam. Gerakan nebula ini membantu pembentukan planet. Kedua, pembentukan planetisimal dan protoplanet (gumpalan kabut gas).
Menurut Weiszacker, nebula terdiri atas vorteks-vorteks (pusaran-pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Gerakan gas dalam nebula menyebabkan pola sel-sel yang bergolak (turbulen). Pada batas antar-sel turbulen, teijadi tumbukan antarpartikel yang kemudian membesar dan menjadi planet. Teori ini disebut Teori Vorteks. Sementara itu, Kuiper mengemukakan bahwa planet terbentuk melalui golakan (turbulensi) nebula yang membantu tumbukan planetisimal, sehingga planetisimal membesar menjadi protoplanet dan kemudian menjadi planet. Teori ini disebut Teori Protoplanet.

Berdasarkan beberapa teori atau hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa tata surya kita pada dasarnya terbentuk dari bola kabut raksasa (nebula) yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian yang kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian yang terbesar dan berat berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Putaran tersebut juga menyebabkan temperatur bola kabut raksasa semakin meningkat dan terbentuklah matahari. Sementara itu, bagian yang ringan yang terlempar ke luar mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Gumpalan-gumpalan tersebut kemudian membentuk planet-planet seperti saat ini.

Lalu apa yang terjadi pada planet bumi selanjutnya? Bumi sendiri terns berproses. Awalnya, tubuh bumi terdiri atas unsur-unsur yang relatif homogen pada setiap bagiannya, tanpa pelapisan dan tanpa pemisahan benua maupun samudra seperti saat ini.

Secara ringkas, proses pembentukan bumi dapat dibedakan menjadi tiga tahap berikut.

1.    Awal bumi terbentuk dan masih merupakan planet yang homogen serta belum terjadi periapisan ataupun perbedaan-perbedaan unsur.

2.    Diferensiasi mulai terjadi di mana material besi yang memiliki berat jenis lebih besar tenggelam ke pusat bumi, sementara material yang lebih ringan bergerak ke permukaan. Hal ini membentuk periapisan pada struktur bumi.

3.    Bumi mulai terbagi menjadi beberapa zona atau lapisan, yaitu lapisan inti dalam yang terdiri atas besi padat, lapisan inti luar yang terdiri atas besi cair, mantel bagian bawah, lapisan transisi, lapisan astenosfer yang bersifat cair, dan lapisan litosfer yang membentuk kerak bumi baik kerak samudra maupun kerak benua.
Pembentukan Muka Bumi Dan Perkembanganya

⇑ Proses perlapisan bumi. (a) Pada awalnya, bumi masih merupakan planet homogen yang belum mengalami perlapisan; (b) Selanjutnya, terjadi diferensiasi di mana besi yang memiliki berat jenis lebih besar tenggelam ke bagian inti. Adapun material lainnya yang lebih ringan mengapung ke permukaan dan membentuk kerak; (c) Bumi seperti yang dikenal sekarang terdiri atas lapisan inti (besi), lapisan mantel, dan lapisan kerak.

Demikian Pembentukan Muka Bumi Dan Perkembanganya

0 Response to "Pembentukan Muka Bumi Dan Perkembanganya"

Posting Komentar